Kamis, 06 Januari 2011

Mencegah Kelaparan, Mengatasi Kemiskinan dan Membangun Kemakmuran : Kita Kudu Bisa ...!

Saya mungkin termasuk sedikit warga Depok yang beruntung, dalam arti bisa berkomunikasi dan mencurahkan uneg-uneg saya ke pemimpin saya di Depok – yaitu walikota Depok Bpk Dr. Ir. Nurmahmudi Ismail Msc – hampir setiap kali saya membutuhkannya. Pagi ini habis sholat subuh di Masjid kompleks kami, sekali lagi saya berkesempatan menyampaikan segala uneg-uneg saya terkait kelaparan yang saya tulis di situs ini dua hari terakhir. Hasil diskusi ini saya share kepada pembaca sekalian, agar menjadi renungan dan dorongan untuk bisa meningkatkan amal shaleh kita bersama.

Oleh-oleh yang sangat berarti bagi pemahaman saya tentang kemiskinan  di daerah saya adalah informasi dari beliau bahwa PDB Depok tahun lalu berada di kisaran Rp 14 trilyun, dan jumlah penduduk Depok ada di kisaran 1.7 juta jiwa. Ini sangat mengejutkan saya terus terang karena berarti pendapatan per kapita Depok hanya berada di kisaran angka Rp 8.2 juta per kapita per tahun – atau hanya seperempat dari  pendapatan per kapita rata-rata di Indonesia tahun 2009 yang saya sajikan melalui tulisan tanggal 22 Juli 2010 dengan judul Jalan Yang Mendaki Lagi Sukar !.

Angka tersebut nampaknya juga sangat mengejutkan beliau sendiri manakala angka ini saya konversikan ke nisab zakat yang 20 Dinar atau sekitar Rp 34 juta. Rata-rata penduduk Depok ternyata hanya berpendapatan per kapita di kisaran 24% nisab zakat !.

Apakah ini berarti penduduk Depok jauh  lebih miskin dari rata-rata penduduk Indonesia pada umumnya ?. Tidak persis demikian, rata-rata penduduk Depok mungkin sama miskinnya dengan penduduk Indonesia pada umumnya atau sedikit lebih miskin dari daerah-daerah yang kaya.  Lantas siapa di Indonesia yang kaya kalau begitu ?. Disinilah rupanya akar dari permasalahan kemiskinan itu.

Berdasarkan data dari riset tidak resmi PBB yang saya kutip di situs ini tanggal 28 Juni 2009 dalam judul tulisan Uang Yang Menimbulkan Ketimpangan Global, antara lain terungkap bahwa 50 % kemakmuran dunia dikuasai oleh 2 % penduduk dunia. Karena system ekonomi berbasis uang kertas yang sama diterapkan di seluruh dunia, maka distribusi 50% kemakmuran untuk 2% penduduk tersebut asumsi saya juga merata di seluruh dunia – termasuk di negeri tercinta kita Indonesia.

Dengan asumsi ini, marilah kita sekarang berhitung sebagai berikut :

·      PDB Indonesia tahun 2010 berdasarkan data IMF adalah US$ 695 Milyar; berdasarkan Bank Dunia US$ 540 Milyar dan berdasarkan CIA berada di angka US$ 539 Milyar.  Bila di rata-rata dari tiga sumber tersebut, maka PDB Indonesia tahun 2010 adalah berada di kisaran US$ 591 Milyar.
·      Angka ini setara dengan Rp 5, 442 trilyun bila kita asumsikan rata-rata nilai tukar sepanjang 2010 adalah Rp 9,200/US$.
·      Berdasarkan sensus penduduk 2010, kini jumlah penduduk di Indonesia ada 237,556,363.
·      Maka pendapatan perkapita rata-rata penduduk Indonesia tahun 2010 berada di kisaran Rp 22.9 juta.
·      Angka tersebut bila dikonversikan ke nishab zakat menjadi 67 % dari nisab zakat.

Tetapi nanti dahulu, 67% dari nisab zakat tersebut adalah apabila kita berasumsi adanya penyebaran yang relatif merata dari sisi pendapatan. Kenyataannya adalah 50% pendapatan dikuasai oleh 2% penduduk – berdasarkan riset tidak resmi bank Dunia tersebut diatas. Maka harus kita keluarkan dahulu yang 50% dari PDB tersebut untuk 2 % penduduk super kaya Indonesia. Hasilnya akan sebagai berikut :

·      PDB untuk 98% penduduk adalah 50% x Rp 5,442 trilyun menjadi Rp 2,721 trilyun.
·      98% penduduk adalah 98%x 237,556,363 jiwa atau 232,805,236 jiwa
·      Maka pendapatan perkapita 98% penduduk Indonesia berada di kisaran Rp 11.7 juta.
·      Angka ini bila dikonversikan ke nisab zakat menjadi 34 %.

Kita sekarang bisa melihat, bahwa pendapatan per kapita penduduk Depok yang sekitar Rp 8.2 juta atau 24% dari nishab zakat – sudah tidak lagi terlalu jauh dengan pendapatan per kapita 98% penduduk Indonesia yang berada di kisaran Rp 11.7 juta atau 34 % dari nisab zakat.

Saya katakan tidak terlalu jauh karena penduduk Depok yang sangat padat di daerah yang relatif tidak memiliki sumber kekayaan alam yang berarti. Daerah-daerah yang makmur di Indonesia adalah daerah dimana sumber kekayaan alamnya tinggi – dan penduduknya sedikit.

Namun angka manapun yang kita pakai apakah yang 24% nisab zakat untuk penduduk Depok atau 34% nisab zakat penduduk Indonesia – sesungguhnya secara umum negeri ini masih sangat jauh dari standar kemakmuran menurut Islam yang ukurannya antara lain adalah nisab zakat tersebut.

Walhasil inilah tanggung jawab kita semua, inilah ladang amal Islami yang bisa menjadi peluang siapa saja yang mau berjuang di dalamnya. Kalau pergerakan ekonomi syariah sekarang ini sering di persepsikan identik dengan bank syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah dlsb. maka tantangan ekonomi syariah yang sesungguhnya adalah memecahkan masalah kemiskinan ini dengan segala macam sumber daya yang ada dan berkembang di zaman ini.

Berangkat dari kesadaran ini, secara bertahap bersamaan dengan sudah meluasnya pemahaman dan ketersediaan Dinar di masyarakat – situs ini akan kami metamorphosa-kan kearah aplikasi dan solusi ekonomi syariah dalam arti yang luas – mencegah kelaparan, mengatasi kemiskinan dan membangun kemakmuran.

Kita tidak akan lagi mendorong atau mempromosikan ke  orang untuk memiliki atau berinvestasi Dinar dalam jumlah banyak, tetapi kita akan berusaha sekuat tenaga untuk menemukan cara-cara bagaimana harta yang banyak dari segelintir orang yang kaya di negeri ini bisa berputar seluasnya. Bukan berputar untuk yang kaya saja.

Inilah salah satu saripati dari ekonomi syariah seperti dalam firmanNya : “...supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu....” (QS 59 :7). Kalau saja ayat ini menjadi landasan untuk kebijakan pengembangan ekonomi kita, insyaAllah tidak akan ada ketimpangan 50% harta untuk 2 % penduduk sedangkan yang 98%-nya berebut untuk mendapatkan 50%.

Siapa yang akan bisa berjuang dan berbuat kearah tersebut ?, saya dan Anda melalui kapasitas kita masing-masing, disamping terus juga kita berusaha me-lobi para pemimpin-pemimpin kita untuk juga sedapat mungkin memfasilitasinya dengan kapasitas mereka.

Semoga Allah memudahkan jalanNya bagi kita untuk beramal yang diridloiNya !. Amin.
(Muhaimin Iqbal, owner Gerai Dinar Group, 6 Januari 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar